Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Yuk Saling Sapa

Senin, 21 Februari 2011 | 0 komentar

Nama pembuatnya adalah : Muhammad Yahya Harlan. Kebetulan Yahya ini adalah anak dari salah seorang alumni ITB : Yan Harlan (AR84).

Muhammad Yahya Harlan berhasil menjadi anak muda dan termuda pertama yang membuat situs jejaring sosial khusus muslim pertama di indonesia.

Salingsapa.com (SS) adalah situs yang dibuat atas dasar kewajiban islam untuk bersilaturahmi, banyak silaturahmi banyak rezeki, dan salingsapa.com bertujuan untuk membantu mempermudahkan itu.

Kelebihan SS dibanding situs jejaring sosial lainnya adalah dibuat oleh anak 13 tahun yang HEBAT dan memiliki konten - konten islam, selain itu SS juga diutamakan menjadi sarana dakwah antar umat muslim, SS sekarang memiliki lebih dari 1000 member.

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Muhammad Yahya Harlan mempercantik situs jejaring sosial ciptaannya dengan berbagai fitur Islami. Pengguna situs ini bisa mengaji sampai mendengarkan ceramah.

Bocah SMP ini memang meniatkan SalingSapa.com sebagai situs yang mengajak pada kebaikan.
Dengan niat itulah siswa kelahiran 25 Juli 1998 ini pun membuat fitur-fitur Islami. Di situs jejaring sosialnya, ia membuat fitur Khazanah dan Al-Quran.

Dua fitur ini belakangan ternyata banyak digandrungi oleh penggunanya. Dalam dua minggu setelah diluncurkan hingga hari ini sudah mencapai 5.400 penggunanya.

"Di fitur Khazanah, user bisa mendengarkan ceramah-ceramah darai banyak ustad. Sedangkan di fitur Al-Quran, user bisa membaca Al-Qurang dari Juz 1 sampai 10, lengkap juga dengan terjemahannya. Atau hanya untuk mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, juga bisa diklik di fitur ini," terang siswa yang hobi mengotak-atik komputer dan main gitar ini.

Selain dua fitur ini, Yahya juga mencantumkan fitur radio yang bisa diperdengarkan selama 24 jam. Dan fitur-fitur lainnya yang hampir sama dengan jejaring sosial umumnya seperti wall (dinding), foto, teman, dan lain-lain.

Hanya saja,ujar Yahya, ia harus bekerja ekstra dengan sang ayah untuk memantau jejaring sosialnya sekaligus menghapus user yang mencoba memasukan content-content negatif ke Salingsapa.com.

"Kendala lainnya server yang kurang kuat. Server kita kecil sekali, padahal harus menampung pengguna yang semakin banyak untuk bergabung di Salingsapa.com," kata siswa yang berniat ingin membuat game edukasi bernuansa Islami ini.

sumber: dari berbagi sumber

Ciliwung, Dulu dan Kini

Minggu, 20 Februari 2011 | 0 komentar



Suatu siang di suatu hari saya berpayung ria dengan teman saya mengitari Ciliwung di Jatinegara. Serasa Noni-noni Belanda yang berpayung sambil menikmati angsa yang berenang anggun di atasnya. Tapi saya bukan noni-noni Belanda, saya pribumi asli yang sedang kepanasan, membandingkan Ciliwung Dulu dan Sekarang.

Pernah membayangkan minum air dari sungai Ciliwung?
 
Huek….huek….
Jangan membayangkan sungai Ciliwung di masa sekarang , hitam, penuh sampah. Tapi pernah tidak membayangkan ada air yang bersih di sungai Ciliwung, kita bisa menyiduk airnya langsung untuk diminum, atau kita bisa berperahu dengan santai diatasnya seperti yang terlihat di Venezia.

Mimpi kali……..

Untuk sekarang itu memang hanya mimpi. Tapi tidak untuk beberapa abad silam.

Membaca tentang cerita tempo dulu, disebutkan sekitar abad 15-16 Ciliwung merupakan sebuah sungai indah, berair jernih dan bersih, dibangun secara artistik mengalir di tengah kota. Bebas, tidak berlumpur,dan tenang. 



Menurut cerita itu, Ciliwung mampu menampung 10 kapal dagang dengan kapasitas sampai 100 ton masuk dan berlabuh dengan aman di Sunda kelapa. Banyak kapten kapal tersebut singgah untuk mengambil airnya yang segar  untuk diisikan ke botol dan guci mereka. Para noni-noni Belanda juga senang berpiknik di tepian sungai itu sambil menikmati angsa-angsa yang hidup bebas di atas sungai Ciliwung.





Berkat sungai ciliwung yang bersih, Batavia (nama Jakarta pada masa itu) mendapat julukan ‘Ratu dari Timur’,  dari para pendatang asing karena keindahannya dan tidak kalah dengan Venezia.

Hmmm saya jadi membayangkan......

Terbayang kan betapa indahnya Ciliwung pada masa itu, hampir tidak percaya memang kalau Ciliwung yang sering saya lihat kalau melewati daerah Jatinegara pernah menjadi primadona pada saat itu.

Sekarang yang saya lihat dari Ciliwung adalah sebuah sungai kecil dengan pemandangan rumah-rumah kecil bahkan bisa dibilang kumuh di kiri dan kanannya. Kalau sedang surut airnya, terlihat lumpur hitam dan sampah yang menggunung terutama sampah plastik.  Kalau sedang turun hujan terlihat airnya yang berwarna keruh juga bercampur dengan sampah.



Kini Ciliwung menjadi salah satu kambing hitam terjadinya banjir di Jakarta karena Intensitas curah hujan yang tinggi tapi sungainya tidak mampu menampung air karena terjadinya pendangkalan sungai.

Kok bisa sih sungai yang dulunya indah, berair jernih menjadi kotor seperti sekarang. Bahkan sekarang mendapat julukan ‘tempat pembuangan sampah dan tinja terpanjang di dunia’. Sungguh ironis.

Banyak faktor yang membuat pencemaran di sungai Ciliwung. Beberapa sumber mengatakan penyebabnya dikarenakan meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699. Bencana tersebut menyebabkan iklim Batavia menjadi buruk, parit-parit tercemar, termasuk Ciliwung.

Ada yang mengatakan penyebabnya adalah arus urbanisasi yang besar dari berbagai daerah ke daerah Jakarta. Para urban tersebut kemudian bermukim di Jakarta bahkan juga menempati bantaran sungai Ciliwung dan terlihat sampai sekarang. Mereka melakukan aktivitas MCK di sungai Ciliwung, bahkan membuang sampah pun tidak hanya dilakukan oleh warga yang tinggal di bantaran sungai tersebut, tapi ada warga lain yang benar-benar secara sengaja membuang sampah ke sungai tersebut. 


Dan lagi-lagi perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan menjadi sebab.Tapi saya sepakat dan memang begitulah kenyataanya. Sedikit demi sedikit kemudian sampah-sampah itu menjadi bukit sampah di dalam Ciliwung. Tidak hanya sampah kebutuhan sehari, tapi terkadang ada juga lemari atau tempat tidur yang sudah tidak terpakai mengapung di Ciliwung karena memang sengaja dibuang.  Sadar atau tidak sadar membuang sampah, kini sudah menjadikan ciliwung berubah jelek.


Jangankan meminum airnya, berperahu diatasnya juga tidak bisa. Pernah pemerintah membut alternatif untuk mengatasi kemacetan ibukota dengan membangun angkutan air yang melintasi Ciliwung, tapi tidak beroperasi dengan baik karena baling-balingnya selalu tersangkut sampah dari dalam sungai sehingga perahu tidak bisa berjalan.

Pemerintah katanya tengah berbenah lagi untuk mengatasi sampah yang ada di Ciliwung dengan melakukan pengerukan sampah, penertiban rumah-rumah disepanjang bantaran sungai. Apapun itu, selambat apapun itu, tapi jika kita masih suka membuang apapun kedalamnya. Ciliwung tidak akan pernah bersih sampai kapanpun. Dan cerita tentang Ratu dari Timur itu hanya legenda.

Memang sih mengembalikan Ciliwung seperti masa keemasanya dulu adalah hal yang mustahil, ciliwung yang sudah menghitam tidak akan mungkin bisa kembali jernih, apalagi bisa meminum airnya, tapi minimal kita bisa menjaganya agar tidak semakin parah. Sekarang saja kondisinya sudah seperti itu apalagi nanti.


Sekecil apapun pasti akan berpengaruh pada kondisi sungai tersebut. Seperti tidak membuang sampah sembarangan. Klise memang, tapi buktinya masih banyak yang membuang sampah sembarangan secara sadar maupun tidak sadar, meskipun hanya sampah sebungkus permen yang tidak banyak artinya.

Nyatanya, dari satu bungkus sampah itu akan sangat berarti, meskipun kita tidak membuangnya secara langsung kedalam Ciliwung. Bila mengabaikannya akan membuat jutaan ton sampah bungkus permen. Dari jutaan ton itu akan bertambah terus, bisa jadi tidak hanya Ciliwung yang tertutup sampah, tapi juga Jakarta. Dan kalau memperhatikannya kita bisa mengurangi sampah  permen sampai jutaan ton dan ikit andil dalam menyelamatkan bumi meskipun kecil, tidak terlihat, dan sepele.

Tidak harus menunggu orang lain, tidak harus menunggu pemerintah. Tapi kita sendiri yang harus memulai, mulai dari saya. 


Untuk kita, untuk Jakarta, untuk anak cucu kita, bahkan untuk dunia.


referensi: 
Jakarta Tempo Doeloe, 1989- Djulianto Susantio


Pulau Komodo Terancam dicoret dari Finalist 7 Keajaiban Dunia

Senin, 07 Februari 2011 | 0 komentar

Indonesia patut berbangga karena Pulau Komodo masuk dalam deretan 28 finalis the new 7 wonders, setelah melalui tahap seleksi dimulai dari tahun 2008, mengalahkan 440 kandidat lainnya.
 
Dunia pun diikutsertakan untuk bisa memilih kandidat tersebut melalui voting di situs resmi www.new7wonders.com ataupun melalui telepon.

Ranking Indonesia dalam vote tersebut turun naik. Pernah menjadi urutan tiga terbesar dari bawah, pernah sampai diurutan 15 besar, juga 10 besar. 

Tiba-tiba ada berita mengejutkan bahwa The New7 Wonders Foundation-lembaga internasional penyelenggara new 7 wonders,  terpaksa akan menangguhkan Pulau Komodo sebagai finalist new 7 wonders of nature karena pihak pemerintah dan konsorsium swasta di Indonesia dinilai tidak menghormati kontrak dengan lembaga tersebut. 

Pihak ‘The New7Wonders Foundation‘ mengaku telah menempuh berbagai cara dan memberi waktu kepada pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan hal ini. Termasuk dengan mengirimkan surat kepada Presiden RI. Namun hingga akhir Januari, pemerintah RI dinilai tidak memberikan respon positif. Karenanya keputusan untuk menangguhkan bahkan mencoret pulau Komodo dari daftar peserta New 7 Wonders diumumkan. Termasuk pembatalan Jakarta sebagai tuan rumah Penganugerahan dan Deklarasi Pemenang New 7 Wonders pada 11 November 2011.

Menurut Jero Wacik (Menteri Kebudayaan danPariwisata), Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah Penganugerahan dan Deklarasi Pemenang 7 Keajaiban Alam Dunia pada tanggal 11 Nopember 2011 lantaran pihak ‘The New7Wonders Foundation‘ meminta pembayaran sebesar US$ 45 juta atau sekitar Rp 400 miliar. Dan yang menawari menjadi tuan rumah Penganugerahan dan Deklarasi Pemenang 7 Keajaiban Alam Dunia adalah pihak ‘The New7Wonders Foundation‘. Bukan Indonesia yang meminta.

Setelah dipikir-pikir, Wacik menyatakan biaya tersebut terlalu mahal dan tidak sepadan dengah hasil yang akan didapatkan. “Padahal Untuk pendaftaran awal, satu objek wisata sudah dipunggut biaya USD199. Lebih-lebih jadi tuan rumah belum tentu menang. Saya berhitung dan tidak menuruti dengan berat hati.”

Keputusan dicoret atau tidaknya Pulau komodo dalam daftar 28 finalis new 7 wonder akan diumumkan malam ini tanggal 7 Februari 2011. Jika ternyata pulau komodo dieleminasi, maka pemerintah akan menempuh jalur hukum.

Semoga saja pulau komodo tidak akan dicoret.
Meskipun demikian masih terbuka lebar untuk memvote Komodo, sehingga bisa menjadikannya salah satu dari tujuh keajaiban dunia.


Caranya klik http://www.new7wonders.com/community/en/new7wonders/new7wonders_of_nature/voting

Dukung Pulau Komodo Yuk!!!

Jumat, 04 Februari 2011 | 0 komentar

Sudah dukung Pulau Komodo??
Pulau Komodo berada di urutan 12 (5 Februari 2011), bersaing dengan 28 finalis lainnya di dunia

Ayo teman vote Pulau komodo satu-satunya finalis dari Indonesia untuk menjadi 7 keajaiban dunia, karena Candi Borobudur sudah tereleminasi menjadi 7 keajaiban dunia buatan manusia:(

Pemerintah RI kini tengah mempersiapkan Taman Nasional Komodo, Flores, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur . Dalam pemilihan tujuh keajaiban baru alam yang kini sedang berlangsung, panitia mengajak dunia memilih wisata alam yang terbentuk secara natural oleh alam. Taman Nasional Komodo merupakan satu-satunya tempat di dunia yang ditinggali hewan purba komodo.

Pemilihan tujuh keajaiban baru alam tersebut dilakukan secara online di web www.new7wonders.com. Saat pemilihan dibuka pada Juli 2007, tercatat ada 441 kandidat keajaiban baru alam dari 222 yang diusulkan ke panitia. Di antara jumlah itu, panitia menyeleksi dari jumlah suara yang masuk, sehingga tinggal 261 kandidat.
,

 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks