Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Lebih jauh tentang Kepulauan Seribu

Selasa, 12 April 2011 | 0 komentar

Setelah menjelajah ke beberapa pulau di kepulauan seribu, jadi penasaran dan mau tahu lebih lanjut apa benar pulau-pulau yang ada di kepulauan seribu jumlahnya seribu buah.

Mungkin karena banyaknya pulau-pulau yang ada di sana, termasuk yang kecil-kecil, maka seperti kebanyakan orang Indonesia yang malas menghitung maka kalau ditanya berapa jumlah pulau disana, akan dijawab ribuan.

Dari hasil googling dan melihat peta,  Jumlah pulau yang ada di kepulauan seribu sekitar 342 pulau, ini termasuk pulau yang sudah tenggelam atau tidak, tidak ada keterangan. Kepulauan seribu merupakan kabupaten di wilayah administratif DKI Jakarta yang terbagi menjadi 2 kecamatan, yaitu kecamatan Pulau Seribu Utara dengan 3 kelurahan, yaitu kelurahan P. Untung Jawa, Kelurahan P. Pari, Kelurahan P. Tidung dan kecamatan Pulau Seribu Selatan juga dengan 3 kelurahan, kelurahan P. Kelapa, Kelurahan P. Harapan, Kelurahan P. Panggang. 

Pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni alias ada penduduknya dan tidak, yang saya datangi kemarin bersama Komunitas Historia Indonesia (KHI) yaitu Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Onrust termasuk pulau yang tidak berpenghuni dan oleh pemerintah dijadikan sebagai Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu karena mengandung sejarah di dalamnya dan harus dijaga, termasuk pulau Edam yang berada tidak jauh dari wilayah Jakarta Utara, dan Pulau Bidadari dekat Pulau Onrust, namun pulau Bidadari berpenghuni. Secara administratif pulau-pulau ini termasuk ke dalam kelurahan Pulau Untung Jawa yang letaknya paling dekat dari pelabuhan Muara Kamal.

Ada 11 pulau yang  berpenghuni, yaitu  yaitu: P. K
elapa, P. Kelapa Dua, P. Panggang, P. Harapan , P. Pramuka, P. Tidung, P. Besar, P. Payung Besar, P. Pari, P. Untung Jawa, P. Lancong Besar dan P. Sebira. dengan total jumlah penduduk kurang lebih 20.000 jiwa. Dari pulau-pulau ini ada yang sudah menjadi milik pribadi, seperti pulau Bidadari. Yang menjadi favorit untuk dikunjungi saat ini adalah pulau Tidung, karena keindahannya dan menjadi tempat yang cocok untuk snorkeling, Perjalanan ke pulau ini membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Pelabuhan Muara Angke.

Di wilayah kepulauan seribu juga terdapat zona konservasi laut bernama Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS) yang meliputi 8 pulau dengan ketinggian tidak lebih dari 3 m dpl dan semuanya merupakan gugusan karang. Artinya pulau-pulau tersebut terbentuk dari koloni binatang karang yang sudah mati, kemudian karang itu muncul ke permukaan laut dan ditumbuhi aneka tumbuhan dan terjadilah daratan.

Yang termasuk TNKS adalah P. Panggang, P. Pramuka, P. Matahari, P. Kotak, P. Sepa. Pulau Sepa termasuk yang banyak dikunjungi oleh para divers (penyelam). Kalau saya membaca catatan para backpackers tempat ini sangat indah untuk snorkeling dan tempat yang tepat untuk latihan menyelam untuk mendapatkan open water certificate pulau ini juga merupakan tempat konservasi penyu sisik  dan penyu hijau yang merupakan satwa langka. Akses menuju pulau ini adalah  melalui Pelabuhan Marina Ancol dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Tuh kan ternyata ada juga ya tempat-tempat yang indah dan wilayahnya tidak jauh dari Jakarta, dan memang wilayah Jakarta. Tempat-tempat tersebut kalah tenar dengan Bali atau Anyer, karena memang aksesnya yang agak sulit, jadi terkesan mahal kalau untuk bepergian kesana.

Sekarang banyak orang yang sudah menjelajah tempat-tempat tersebut, banyak travel juga yang menawarkan paket-paket ke pulau-pulau tersebut. Tapi buat yang berjiwa petualang bisa bepergian sendiri, start dari pelabuhan Muara Angke, Muara Kamal, atau Pelabuhan Marina Ancol. Tinggal pilih transportasi yang akan mengantarkan ke pulau-pulau tersebut, karena bisa menggunakan kapal feri atau menggunakan kapal kayu nelayan.

So….lets we backpacking

 

Gelar Haji di Indonesia

Satu-satunya Negara yang memberikan gelar Haji di depan nama orang yang sudah pergi haji adalah Indonesia, bahkan di Arab sendiri tidak ada pemberian gelar haji untuk orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji. Dari Historical Island Adventure kemarin saya jadi tahu sejarah pemberian gelar tersebut. 
 
Sekitar tahun 1900-an,  orang yang pergi melaksanakan haji biasanya akan bertahan di tanah Arab paling sedikit 3 bulan, karena mereka tidak sekedar melaksanakan ibadah haji namun juga belajar agama kepada ulama-ulama terkemuka disana. Belanda yang saat itu berkuasa memiliki kekhawatiran terhadap orang yang menunaikan ibadah haji tersebut yaitu mereka akan menyebarkan paham Islamisme yang didapatnya sekembalinya di Indonesia.

Kekhawatiran Belanda itu berbuah kenyataan karena hampir semua pimpinan perlawanan terhadap Belanda adalah mereka yang telah menunaikan ibadah haji. Untuk mengawasi orang-orang yang melakukan ibadah haji maka Belanda melakukan karantina haji dengan alasan menjaga kesehatan.

Maka sejak tahun 1911-1933 Pulau Onrust dan Pulau Cipir menjadi tempat penginapan sementara calon jemaah haji sebelum mereka bertolak ke Mekah dengan menggunakan kapal uap. Di Onrust mereka dikarantina 3 bulan, perjalanan pulang- balik 2 bulan, di Mekah 3 bulan, dan akan dikarantina lagi 3 bulan di Pulau Onrust sekembalinya dari Mekah. 
Di Pulau inilah para jemaah haji itu akan dicuci otaknya agar tidak menyebarkan paham-paham Islamisme di tengah-tengah masyarakat. Jika ada yang membangkang maka akan disuntik mati di pulau ini dengan alasan sakit. Jadi sekitar tahun itu nenek atau buyut kita yang akan menghabiskan waktu sekitar 1 tahun bila akan melaksanakan ibadah haji.
Setelah selesai karantina, mereka yang telah menunaikan ibadah haji  diberikan gelar haji di depan nama mereka dan membuat mereka bangga dengan gelar tersebut, padahal gelar itu diberikan agar Belanda mudah menyirikan orang-orang tersebut ketika sudah kembali ke daerahnya masing-masing, misalnya di daerah A ada 3 haji, di daerah B ada 5 haji.  Jika terjadi pemberontakan Belanda mudah untuk menangkap orang-orang tersebut.

Sampai  sekarang tradisi pemberian gelar haji terhadap orang yang sudah menunaikan
ibadah haji di Indonesia masih ada. Ketika sudah tahu siapa yang memberikan gelar haji tersebut, apakah masih bangga dengan gelar H. di depan nama kita??


Pusat Primata Schmutzer

Selasa, 05 April 2011 | 2 komentar

Di dalam Taman Margasatwa Ragunan, terdapat Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata yang dimiliki Indonesia ini adalah yang terbesar di dunia, wow. Terdapat sekitar 25 spesies dari 5 ordo primata, termasuk di dalamnya Orang Utan yang asli Indonesia dan hampir punah karena diperjual belikan.

Masuk ke kempat ini kita harus membayar tiket lagi seharga lima ribu rupiah. Lalu tas kita harus dititipkan, sebungkus permen pun kita tidak diperbolehkan membawanya. Yang boleh hanya kamera dan benda berharga lainnya.

Tempat ini memang dirancang sedemikian rupa seperti habitat asli para primata, karena sebagai tempat konservasi, jadi kita juga harus menjaga kebersihan.

Kenapa sih dinamakan Pusat Primata Schmutzer. Di pintu masuk kita bisa mendapatkan info bahwa penggagasnya adalah Ibu Schmutzer dan Bapak John Aspinall. Ibu Scmutzer memberikan seluruh harta warisannya kepada Bapak Smith sebagai ketua The Gibbon Foundation untuk membuat pusat primata di Ragunan .Sayangnya Ibu Schmutzer sudah meninggal dunia sebelum tempat ini selesai dibangun. 

Tempat ini diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2002. Dan dikelola oleh The Gibbon Foundation, baru pada tahun 2006 diserahkan sepenuhnya kepada Taman Margasatwa Ragunan.


Dari atas sini kita bisa melihat secara langsung para primata yang ada di bawah.  Di atap terdapat keterangan-keteranagan tentang primate yang ada disini


Bisa melihat lebih dekat lagi primata di dalam trowongan Orang Utan. Maksudnya bukan di dalamnya bisa bertemu langsung dengan Orang Utan. Itu sih serem bisa berantem nanti kita dengan orang utan. Tapi di dalam terowongan itu kita terdapat kaca besar sehingga bisa melihat pemandangan langsung orang utan yang ada luar.


 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks