Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Koleksi Para Traveller/Backpacker

Minggu, 29 April 2012 | 5 komentar

Ada-ada saja memang ulah para pecinta jalan-jalan ini.Memang jalan-jalan selalu menginspirasi, salah satunya adalah mengoleksi, apalagi yang dikoleksi kalau bukan benda-benda yang ditemui selama dalam perjalanan. 

Contohnya adalah teman seorang pendaki gunung, dia mengoleksi batu-batu yang dia temui selama dalam rangka pendakiannya. Koleksinya itu menandakan kalau dia sudah pernah berada di gunung itu. Keren sih jadinya, karena batu-batu tersebut dipajang lengkap dengan informasi dimana didapatkannya, tapi agak seram sih sebenarnya koleksi benda-benda seperti itu karena di beberapa tempat, apalagi gunung hal-hal mistis masih ada dan suka berlaku peringatan, barang siapa yang mengambil benda-benda yang ada di sekitar, kalau perempuan akan dijadikan saudara, kalau laki-laki akan dijadikan suami. Ups salah, maksudnya jangan pernah membawa barang apapun dari tempat ini. Kali dilakukan bisa fatal akibatnya

Nah saya pun akhirnya punya ide mengoleksi setelah susur pantai di Gunung Kidul, Yogyakarta, yaitu mengoleksi pasir pantai. Ternyata kalau diperhatikan pasir pantai itu unik, tidak ada satupun pasir pantai yang sama entah warnanya ataupun teksturnya.Seperti pasir pantai di wilayah gunung kidul itu, meskipun saling bertetanggan, warna dan tekstur pasir itu berbeda. Apalagi ada pasir yang warnanya tidak coklat, putih, apalagi hitam, tapi merah jambu yang adanya di pulau Komodo, Subhanallah yah, Maha besar Allah yang menciptakan keindahan itu.

Saya pun memantapkan untuk menjadi pengoleksi pasir, bukan pengeruk pasir ya, karena yang saya ambil hanya sedikit pasir lalu saya masukkan ke dalam botol-botol cantik, diberi label dan pita. Apalagi perjalanan saya selanjutnya adalah mengarungi beberapa pantai di Makassar dan salah satu tanjung yang terkenal karena pasirnya yang sangat halus seperti tepung.

Di Pantai Samalona pun saya melakukan aksi perdana saya, ternyata bertemu juga dengan seorang traveller yang ternyata pengoleksi pasir, tuh kan memang ada-ada saja kan ulah para traveller dan koleksi mas Andreas ini sudah banyak ternyata. Karena saya nggak prepare tempat, akhirnya saya memasukkan pasir ke botol air mineral yang saya temui teronggok tak berdaya di pulau itu. Tuh kan ternyata masih ada juga yang buang sampah sembarangan, dan aksi saya termasuk yang menyelamatkan bumi dari sampah itu.... huhuhuhhu GR.
koleksi pasir Andreas


Dan apa yang terjadi selanjutnya, sudah capek-capek pilihin pasir yang nggak ada sampah-sampah daun ataupun ranting, eh botol yang berisi pasir itu tertinggal di dermaga Kayu Bangkoa, karena hebohnya kita terkena badai dalam perjalanan pulang, saya sibuk memeriksa ransel yang basah terkena air laut. Tapi tenang masih ada pasir pantai Tanjung Bira, dan segera membuktikan kalau pasir pantainya memang lembut. tragedi terjadi lagi saya kena bulu babi saat snorkling dan lupa akan pasir. Meminta joinan pasir yang diambil Mba Shelina- teman seperjalan di Makassar,  dia pun mengambil penuh pasir di botol air mineral. Namun lagi-lagi saya juga tidak mendapatkan pasirnya, karena pasirnya mengeras di dalam botol dan tidak bisa dibagi ke botol lain.

Ternyata saya tidak berbakat menjadi pengoleksi pasir, maka saya putuskan saja menjadi pengoleksi...kain. Ya, akhirnya setiap pergi ke suatu daerah yang saya cari adalah kain khas daerah tersebut, bahkan kalau bisa pergi langsung ke tempat pembuatannya. Dulu malas untuk membeli kain-kain ini karena tidak ada penjahitnya, sekarang meskipun sudah ada penjahitnya rasanya senang bila berburu kain-kain tersebut karena ternyata punya nilai ekonomis dan bisa dijadikan investasi. Betapa tidak, ternyata ibu saya punya kain-kain daerah yang dulunya beli seharga puluhan ribu sekarang sudah berharga jutaan.


kain songket yang dibeli di Makassar
Makannya agak mupeng kalau melihat kain, karena harga kainnya lebih mahal daripada ongkos travellignya. Tapi dari itu semua, yang terpenting adalah mencintai kebudayaan daerah sendiri, belajar setiap filosofi yang terkandung dalam setiap kain. Dan menjaga warisan bernilai bangsa, jangan sampai baru belagak peduli kalau sudah ada warisan budaya kita yang diakui negara lain. Hidup budaya Indonesia, hidup pengoleksi kain, hehehe. Ini koleksiku, apa koleksimu?



Sarung Sutera Bugis, khas Makassar

Minggu, 22 April 2012 | 7 komentar

motif makallu
Saya menemukan kain ini di kawasan Somba Opu, pusat oleh-oleh khas Makassar yang letaknya tidak jauh dari benteng Somba Opu atau lebih dikenal sekarang dengan benteng Fort Roterdam, dekat dari pantai Losari. 
Saya pun  menemukan apa yang menjadi khas Makassar lainnya di salah satu toko tersebut, mulai dari gantungan kunci Phinissi dan kupu-kupu yang menjadi ciri khas Makassar, makanan, kaos bertuliskan Makassar.

Nama tokonya 'Keradjinan' yang sudah berdiri sejak yahun 60 an. Lumayan murah juga saya mendapatkan kain-kain khas Makassar ini.

Sarung Sutera Bugis sebutan untuk kain yang berasal dari Suku Bugis di Makassar, jadi kalau kita bertanya kain Makassar tidak ada yang tahu. Proses pembuatannya dengan cara ditenun, sayangnya disini saya tidak bisa menemukan cara penenunannya.Bila ingin melihat alat tenunnya katanya ada di Museum Balla Lompoa, yang dulunya adalah istana raja-raja Makassar.

Harga sarung disini memang bervariasi dari yang harga puluhan ribu sampai ratusan ribu, bergantung pada kualitas sutera dan cara pembuatannya. Jika buatan pabrik harganya lebih murah dibanding yang ditenun.


Ternyata sarung sutera ini memiliki motif dan fungsi yang berbeda.

motif Balo Renni
MOTIF TETTONG & MOTIF MAKKALU
motif tettong (berdiri tegak) hanya garis-garis vertical yang ditemui, sementara pada motif makkalu (melintang dan melingkar) hanya terdapat garis melintang.
MOTIF BALO RENNI
terdapat garis-garis vertikal dan horizontal yang tipis dan menghasilkan ribuan kotak-kotak kecil pula dan biasanaya warnanya cerah. Dulunya dipakai oleh para wanita yang belum menikah. Jadi mudah untuk mencirikan wanita bugis yang belum menikah dan sudah menikah dengan sarung yang dikenakannya.

MOTIF BALO LOBANG
Garis pada motif ini cenderung lebih tebal dan menghasilkan puluhan kotak-kotak yang besar pula, warnanya pun lebih terang dan garang, seperti merah terang, ataupun merah keemasan. Motif ini digunakan oleh para pria Bugis.

MOTIF BOMBANG
bombang (Ombak), motifnya serupa segitiga sama sisi yang berjejeran melintang, dan sambung menyambung.

MOTIF COBO’
foto ini ambil dari internet, karena yang motif ini saya hilang
Motifnya juga segitiga, namun lebih runcing, cobo’ (runcing) Segitiga pada motif cobo juga berjejeran melintang hingga bertemu diujung sarung setelah dijahit.

MOTIF MOPPANG
Katanya sih motif ini sudah punah. Disebut motif moppang, karena dalam sarung ini hanya ada empat larik garis sejajar dan melintang. Sarung ini dibuat dengan ukuran yang lebih besar, satu kali setengah hingga dua kali lebih besar dari sarung biasa. Motif ini tabu untuk dipakai diluar rumah oleh pria maupun perempuan dan hanya ditemui didalam kamar bagi mereka yang sudah berkeluarga, karena fungsinya adalah untuk hubungan suami istri masyarakat Bugis.

Seiring berjalannya waktu yang lebih modern, sarung ini hanya dipakai di upacara-upacara adat saja, meskipun saya masih melihat ada beberapa orang di Makassar yang memakainya dalam keseharian. Motif yang digunakan juga sudah tidak menjadi patokan, jadi kalau ada yang memakai sarung dengan motif ballo renni, belum tentu dia adalah wanita yang belum menikah.


Wisata Kuliner Makassar (II)

Mi Kering


Bentuknya seperti ini ternyata, mi nya kering mungkin digoreng terlebih dahulu jadi ada rasa renyah nan crunchy begitu menyantapnya. Ditambah kuah yang hangat sangat mantap disantap sehabis hujan. Saya menemukan tempat ini rumah makan tepat di depan pantai Losari. Ini memang khas Makassar dan sebagian masyarakat sana menyebut makanan ini adalah Mi Titi, yang sebenarnya adalah salah satu nama depot Mi kering di Makassar.

Sop Ubi
Tidak banyak orang yang tahu tentang makanan ini yang juga merupakan khas kota Makassar, kalah tenar denga Coto. Tapi hati-hati bila menyantapnya bisa langsung kangen Makassar dan mau balik lagi. Dari namanya mungkin berpikir bahwa ini adalah desert semacam kolak, namun ini adalah main course. Ketika pesanan sudah sampai di meja, mungkin otak kita langsung mencari persamaannya apalagi ketika merasakannya, ya rasa kuahnya hampir mirip dengan soto ayam bening, begitu juga dengan isi makanan ini terdapat soun, tauge, telor rebus, dan taburan kacang, namun tidak memakai ayam, melainkan daging sapi. 

Lho dimana ubinya? ternyata yang dimaksud ubi adalah singkong putih yang telah digoreng terlebih dahulu. Rasanya pas kok dicampur dengan isi lainnya dan kuah bening nan gurih. Singkong ini sudah sebagai pengganti nasi sebagai karbohidratnya. Campurkan jeruk nipis, sambal, dan kecap, jika ingin memperoleh rasa lainnya

Saraba
Ini adalah minuman khas Makassar, minuman jahe dicampur dengan gula merah, dan bahkan ditambahkan telur kalau suka. Banyak kedai-kedai di Makassar yang menjual Saraba. Kedai Saraba sama dengan kedai-kedai kopi di daerah Manado, tempat ini hidup sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Makassar. Tidak sekedar untuk menikmati minuman ini, tapi juga sebagai tempat berdialog dan berdiskusi tentang berbagai macam isu. Saraba dijual dengan harga 5000 rupiah, atau kalau memakai telur menjadi 6000 rupiah. Untuk oleh-oleh, Saraba juga bisa dibawa pulang, dengan membawa yang bentuk instan, atau cair. Rasanya sih unik dan enak kata ibu saya yang mencoba oleh-oleh Makassar ini. Saya sendiri sebenarnya menikmatinya yang instan itu, karena saat teman-teman lain menikmati saraba, saya menemui teman kuliah saya Ika yang selalu gagal bertemu dari hari pertama saya di Makassar.



Itu dia makanan-makanan yang sudah singgah di mulut saya, masih banyak makanan khas Makassar lainnya yang belum saya cicipi, meskipun sudah banyak ada di Jakartam tapi tetap mau menikmati di kota asalnya. Seperti pisang hijau, aneh saya makah tidak mendapatinya. Lalu sop karebosi atau sop iga malah luput gara-gara ingin langsung mneikmatinya di daerah Kaerbosi, yang dekat dengan titik 0 km nya makassar. Dan Sate kuda Janepontoh yang juga wajib untuk dinikmati terlewat.

Mudah-mudahan dilain waktu bisa menikmati makanan-makaanan khas tersebut langsung dari tempat asalanya. N buat teman-teman yang baca blog ini, jangan lewatkan ya makanan-makanan itu bila pergi ke Makassar.

boleh dilihat: Wisata Kuliner Makasar

Intermezo

Cuma mau bilang, mau nggak kamu membagi mimpi itu bersamaku
membangunnya bersama dengan sedikit tangis


Mau jadi inspirasi kamu



Indonesia in Tourism Scope

Rabu, 18 April 2012 | 0 komentar


Membaca Indonesia dari kacamata orang luar negeri, dan inilah Indonesia  yang tertulis di Majalah Tourism Scope, majalah terbitan Korea, yang membahas tentang tempat-tempat wisata di Asia.

Yogyakarta – Batik
Visiting Yogyakarta, you may not just buy and enjoy the marvelous batik artwork, but you have the opportunity to learn the technique of its production. The valuable opportunity packed in an interesting tour package with quite short duration and affordable cost will surely be fun. Batik patterns you can learn involve hand-made batik, printed batik and painted batik. Each place usually has its special batik pattern to teach.

Wisata Kuliner Makassar (I)

Rabu, 11 April 2012 | 2 komentar

Mengunjungi Makassar kemarin tentunya tidak luput dari menyantap makanan khas sana. Inilah beberapa yang telah masuk ke dalam perut saya.


Karang Pantai Tosca di Samalona

Selasa, 03 April 2012 | 4 komentar


Masih terngiang saat dalam perjalanan di atas kapal kayu, tulisan Pandji Pragiwaksono bahwa Samalona adalah salah satu pantai terbaik Indonesia. Dan kapal saya ini sedang menuju kesana. Tidak sabar rasanya untuk cepat sampai.

Belum banyak yang mengunjungi tempat itu, pun masyarakat Makassar sendiri, kecuali bagi orang yang suka travelling dan mencari setiap titik keindahan Indonesia. Survey membuktikan, teman kuliah saya yang sekarang tinggal di Makassar dan teman-temannya belum pernah menjejakkan kakinya kesini. Namanya memang tidak setenar Pantai Losari yang sudah menjadi icon kota Makassar. 
 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks