Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Nonton Cinta Suci Zahrana & Perahu Kertas Cuma Sepuluh Ribu

Jumat, 31 Agustus 2012 | 2 komentar


Senja di hari Selasa, 

Sebenarnya sudah lama tahu dan penasaran ketika melihat di Koran harga tiket film di sebuah bioskop Jakarta, yaitu sepuluh ribu rupiah. Penasaran kan. Yang benar aja.
Sempat nyari-nyari tahu juga sih kok bisa harganya setengahnya dari XXI, jangan-jangan filmnya juga setengah, hehehe.
Dapatlah info, kalau bioskopnya nggak bagus-bagus amat, suka ada tikusnya, dan yang nonton disana tuh pembantu-pembantu rumah tangga gitu, kata Tamara yang rumahnya dekat dari bioskop itu dan info itu juga katanya karena dia juga belum pernah kesana.

Jadi penasaran lagi ketika mbak Eva, teman trip Baduy nonton Ice Age 3D disana dan katanya baik-baik saja. Baiklah daripada tambah penasaran mending didatangi itu tempat.
Tidak terlalu sulit mencari bioskop yang bernama Bioskop Buaran  di daerah Buaran dan saya pun tidak nyasar. Bioskopnya tidak dicampur dengan mall.

Saya memasuki bioskop yang Nampak kelihatan tua, dan langsung teringat akan tiket sepuluh ribu rupiah, wajarlah.
seperti kupon PMI
 Ternyata sudah dimulai film Cinta Suci Zahrana, cepat-cepat membeli tiket di loket dan disodorkan tiket yang bentuknya seperti kupon PMI. Wajar sih sepuluh ribu, kata saya dalam hati lagi.
“Tempat duduknya mbak?” tanya saya.
“Terserah mau duduk dimana saja.” Kata si mbak penjual karcis.
Hihihi penasaran juga.
Masuk ke tempat pemutaran filmnya, layaknya bisokop lain, bangku yang bersusun warna merah dan layar besar di tengah-tengah. AC ada kok  meskipun tidak kencang. Suasana di dalamnya sepi, Kenapa ya? apa karena filmnya nggak bagus, apa memang karena tempatnya nggak begitu terkenal. Saya langsung mengamati satu persatu yang menonton disana, sesuai nggak sama info yang saya dapat. Dan jadi mikir yang nggak-nggak, kalau sepi gini jangan-jangan bisa dijadiin tempat mesum.

Di depan bangku saya ada 2 orang cowok kayaknya sih masih kuliah atau jangan-jangan masih SMA, nggak mungkin juga kan mereka lagi pacaran disini, di bangku seberang sana ada keluarga yang menonton, malah saya tidak menangkap tampang PRT yang menggerombol disana.

Saya pun menikmati film yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul sama. Disutradai Chaerul Umam. Agak nggak konsen nonton filmnya, karena banyak sms &bbm masuk. Tapi jujur filmnya gampang ditebak apalagi kalau yang sudah baca novelnya. Jadinya terasa datar-datar saja filmnya. Jadi ingat dengan pernyataan orang-orang yang suka kecewa kalau menonton film yang diadaptasi dari novel karena berbeda dari novelnya. Film ini benar-benar sama dengan novel  tapi malah jadinya terlihat datar, hanya beberapa adegan yang beda.

Nilai plusnya adalah kalimat-kalimat baik yang disuguhkan dalam novel ini, tentang kesyukuran, ketabahan. Dialoh-dialognya menagingatkan penonton untuk selalu bersyukur.
"Bertakbirlah saat suka dan susah"
"Ibumu bisa tegar menghadapi cobaan, bukan karena dia pandai tapi karena bertaqwa."

Dan ketika tiba di adegan pamungkas yang seharusnya membuat penonton menangis karena memang dibuat dengan sedramatis mungkin dengan alunan soundtrack yang menyentuh, saya justru malah ketawa. Karena backsound orang yang tidur ngorok di belakang saya lebih kencang. Sumpah kencang amat.

Dan saya bisa mendapatkan 2 film dengan 1 tiket XXI, lanjut aja ke perahu kertas.
Disini yang menonton lebih banyak keluarga dengan anak-anaknya. Film ini juga adaptasi dari novel karyanya Dee a.k.a Dewi Lestari yang disutradai Hanung Bramantyo.

Scene pembuka membuat saya semangat menonton film ini, yaitu deburan ombak yang di shoot dari bawah sehingga ada efek dekat dari muka kita dan langsung beralih ke pemandangan bawah laut, terumbu karang yang indah dan ikan yang berenang di sekitarnya. Woow.

Akting para pemainnya pun sesuai banget dengan imajinasi saya ketika membaca novelnya. Dee yang juga sebagai penulis skenarionya juga membuat adegan film ini sama, tapi dibuat dengan adanya beberapa kejutan-kejutan dalam adegan  yang membuat saya menjadi berpikir kok beda ya dengan novel tapi ternyata tidak.

Si sutradara yang tampil sebagai cameo di film ini juga mencuri perhatian saya. Sebentar tapi lumayan mengundang senyum bahkan ketawa.

Dan di adegan para tokoh sedang makan di ‘pemadam kelaparan’ mengingatkan saya dengan kantin yang ada di bioskop ini, ya pastinya beda dengan kantin bioskop lainnya.

Akhirnya jam 9 malam, tiba waktunya saya harus pulang, film belum selesai, tapi saya harus pulang sebelum berubah menjadi upik abu di bagian Kugy lagi magang di AdVocado.  Saya pun menuju pintu keluar, namun apa yang terjadi pintunya ditutup. Haaaaaa lewat mana?
Saya lupa kalau film belum selesai pintu keluar pasti belum dibuka dan keluar harus dari pintu masuk tapi saya lupa dimana pintu masuknya. Dan bioskopnya juga beda dari bioskop biasa, mana pintu keluar yang bersamaan dengan toilet prianya gelap. Untung akhirnya ada yang mau pulang juga dan terjebak di pintu keluar yang ditutup itu. Kami bersama-sama mencari pintu keluar dalam kegelapan. Jadi selain ada Kugy, Keenan, Noni, dan Eko, pasti ada pemain figuran lain yang sedang bolak-balik mencari pintu keluar di layar. Dan berakhir kala ada seorang bapak yang menjemput kami dan memberitahu jalan keluar. Tuh kan benar jalan keluarnya tidak biasa. Rasanya sih mungkin si Bapak ini pemilik Buaran ini, bertampang sedikit peranakan dan tidak memakai seragam. Coba saya foto bersama bapak ini, yang kali-kali aja memang pemilik Bioskop yang tidak biasa ini.

Hari ini aku bermimpi,
Aku bermimpi menuliskan buku dongeng pertamaku.
Sejak kamu membuatkan ilustrasi-ilustrasi ini, aku merasa mimpiku semakin dekat.
Belum pernah sedekat ini.
Hari ini aku juga bermimpi.
Aku bisa selamanya menulis dongeng.
Aku bermimpi bisa berbagi dunia itu bersama kamu dan ilustrasimu.
Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.
Bersama kamu, aku ingin memberi  judul bagi buku ini.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.


Itinerary Makassar

Kamis, 09 Agustus 2012 | 5 komentar



Jumat, 23 Maret 2012 Pantai Losari
View: Sunset indah di pantai Losari, makan pisang epe
Rute: dari Bandara Sultan Hasanuddin, naik bis Damri bayar Rp 15ribu, turun di shelter kawasan Somba Opu (kawasan oleh-oleh), tinggal berjalan kaki ke Pantai Losari (tanya-tanya orang sekitar banyak yang tahu)
Waktu saya: Kehilangan sunset pantai Losari karena kesana malam hari. Pesawat delay 30 menit, kelamaan foto-foto di bandara Sultan Hasanuddin yang memang keren dan megah, disambut dulu sama teman-teman Makassar Backpacker di markas, baru motoran menuju pantai Losari. Pengalaman bisa naik motor di kota itu. Horor… karena banyak pengemudi yang nggak mematuhi rambu lalu lintas.
Pantai Losari nggak ada apa-apanya, warna air lautnya  juga abu-abu. Tidak ada aktivias renang disini, beberapa meter bibir pantai dimajukan sehingga terkesan pantai ini tidak memiliki pasir pantai
Tapi pantai ini adalah tempat berkumpulnya remaja Makassar, istilahnya tempat nongkrongnya. Anjungan Pantai menjadi spot yang bagus untuk melihat sunset atau sekedar foto-foto. Kemudian nongkrong di pedagang pisang Epe. Harga pisang epe: mulai dari 2.500 tergantung topingnya. Dan tidak terasa disana sampai lewat tengah malam bersama teman-teman Makassar Backpacker.


Sabtu, 24 Maret 2012, Pulau Samalona
View: Pantai indah, spot snorkeling. Ini adalah gugusan kepulauan Sabaluna, jadi banyak ditemukan pulau-pulau kecil disini, seperti pulau kahyangan dan pulau Kodingereng Keke.


Rute: Naik perahu nelayan menuju Pulau Samalona dari Dermaga kayu Bangkoa. Letak Dermaga tidak jauh dari Pantai Losari. Tarif sewa Kapal Rp 350 ribu, muat 8-10 orang
Waktu Saya:  Karena kami cuma berempat dari Pulau Jawa, untuk membuat irit patungan sewa kapal mengajak teman-teman yang lain, kebetulan ada traveler lain dari Jawa yang mau ke Samalona, jadilah kita berlima ditambah dengan dua orang host Makassar, jadi total bertujuh menyeberang sekitar 20 menit menuju pulau Samalona.
Lumayan indah tempatnya, pantai hijau tosca. Tapi sayangnya dibelakang pantai ini sudah banyak sampah yang mengurangi keindahan pantai ini. Bisa snorkeling di tempat ini tapi tidak berani jauh-jauh karena sudah melihat gulungan awan hitam . padahal spot bawah laut yang bagus di dekat mercusuar , karena kami juga tidak menggunakan life jacket. Alat snorkeling bawa sendiri dan pinjam J tapi kalaupun tidak, disini disewakan peralatan snorkeling lengkap, Rp 30 ribu-35 ribu.
Ada penginapan di pulau Samalona, tarif Rp……
Tengah hari kami memutuskan untuk menyudahi petualangan di Samalona karena harus bergegas menuju tanjung Bira, juga karena langit benar-benar menghitam, dan akhirnya ditengah perjalanan laut kembali menuju dermaga Kayu Bangkoa, kami dihantam badai.
Untungya air lautnya tidak benar-benar bergejolak, perahu juga masih tetap pada jaurnya meskipun air hujan banyak memasuki perahu dan kami cuma bisa berdoa selamat sampai di dermaga.


Minggu, 25 Maret 2012, Tanjung Bira
View: Pasir putih halus yang dikenal dengan pasir bedak. Spot snorkeling di pulau Liukang, sewa perahu Rp 300 ribu. Spot Diving di pulau Kambing, sewa perahu Rp 500 ribu dari Tanjung Bira.

Before Sunrise

Pejalanan menuju Tanjung Bira
Maju mundur untuk berangkat ke Tanjung Bira karena transportasi yang mahal, saat itu yang kami tahu untuk menuju kesana harus menyewa mobil, tarif sewa mobil sekali jalan Rp 350 ribu dan kami hanya berempat. Berarti masing-masing kami harus mengeluarkan Rp 87.500 untuk sekali jalan, belum biaya pulang, sewa penginapan, sewa kapal untuk menuju spot snorkeling.  Tapi the show must go on, sudah sampai sini tidak ke Tanjung Bira cuma alasan tariff yang mahal nanti bakal menyesal. Yang penting pergi dulu masalah transport pulang dipikirkan nanti, tidak harus menyewa mobil kan tapi bisa mencari alternative angkutan lain (angkot hanya ada sampai sore)
Dan selalu ada jalan untuk jalan-jalan. Ternyata ada mobil yang mau mengantarkan kami sampai Tanjung Bira dengan tariff PP 100 ribu. Selepas ashar kami berempat berangkat dengan ditemani 1 host teman Makassar.
Rute: Tanjung Bira berada di kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Ini berarti kami sudah keluar dari Kota Makassar, menuju timur wilayah Sulawesi Selatan. Lama perjalanan 6 jam dan akan merasakan asyiknya di perjalanan J, secara tidak langsung akan dibawa menyusuri daerah-daerah di Sulawesi Selatan dan kami menikmati pada perjalanan pulang keesokan harinya.
Fakta: Ternyata mobil Kijang/Panther itu merupakan omprengan antar kota dan Kabupaten.  Tidak perlu menyewa 1 mobil. Mobil ini banyak ditemui di terminal Daya atau bisa janjian dengan supir omprengan untuk menjemput di daerah tertentu. Biasanya omprengan ini hanya mengantarkan sampai ujung Kabupaten Bulukumba dan untuk menuju Tanjung Bira naik angkutan lagi. Tapi bicarakan saja dengan sang supir kalau kita mau sampai langsung di Tanjung Bira. Tarif sekali jalan: Rp 50-60 ribu. Telp. Supir omprengan:


Senin, 26 Maret 2012, Rammang-Rammang

View: Gugusan Karst terluas, Taman Batu, Taman Bidadari (telaga biru yang ada kunang-kunang indah di sore hari J) Bulu Baraka (Goa telapak Tangan, peninggalan Manusia Purba), menikmati sensasi menyusuri sungai asin (view seperti sungai Halong Bay, Vietnam)
Rute: naik petepete ke terminal daya, ongkos Rp 3ribu. Dari terminal Daya, naik pete-pete jurusan pangkep (pete-petenya ada tulisan Pangkep) tarif 9 ribu. Total perjalanan 2 jam.
Tarif: masuk lokasi gratis. Naik perahu 50-150 ribu.
Waktu saya: Dari semua tempat yang saya kunjungi di Sulawesi Selatan, ini yang paling favorit menurut saya, penuh petualangan, penuh hikmah. Kalau tidak mau capek dan mau sampai Bulu Baraka lebih baik langsung menyewa perahu yang menyusuri sungai asin

Selasa, 27 Maret 2012.
Fort Roterdam, Somba Opu dan menghindari aliran massa besar-besaran yang mau Demo BBM
Benteng peninggalan Belanda tempat yang Pangeran Diponegoro ditahan.
Dari sini dekat dengan shelter bus menuju Bandara

PULANG
Dan yang paling mengesankan Trip ke Makassar adalah perjalanannya. Sunyinya tatkala terkena badai Samalona (karena tidak ada yang bersuara semuanya sibuk berdoa), Tricky naik Taksi dari Dermaga Kayu Bangkoa karena tidak ada taksi yang mau mengangkut kami yang basah kuyup. Heboh selama 6 jam perjalanan menuju Tanjung Bira karena belum dapat penginapan, kejar-kejaran dengan waktu di Tanjung Bira, terkena sengatan bulu Babi, kehilangan bungkusan yang berisi pakaian dan uang, sandal gunung copot di Ramman-rammang. Merelakan 1 itin ke karena menghindari massa yang akan demo besar-besaran untuk kenaikan BBM, dan yang paling mengebohkan adalah perjalanan dari Surabaya menuju Makassar, hhohoh tidak cukup untuk menceritakan itu semua.
Terima kasih untuk teman-teman rempong di Makassar: Tulus Traveller (Surabaya), Shelina Ariastari (Malang), Dungga Frederich (Jakarta), juga teman di Samalona Andreas Setiawan (Jember).
Dan Tak lupa ucapan terima kasih untuk host-host dari Makassar Backpacker: Ridho Amal, Fatih Ibrahim, Ella Ekatarina, Azlam Nass
 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks