Beda perjalanan, beda pula ceritanya
Ini cerita lain tentang Baduy, sebuah suku pedalaman yang
mendiami Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Cerita ini pun dituturkan oleh teman yang
berbeda perjalanan dengan saya saat trip ke Baduy.
Taman saya ini pergi di saat musim panen yang sebenarnya
tertutup untuk umum. Lho kok bisa pergi kesana. Ya dikiranya teman saya dan
rombongannya ini memang ada keperluan khusus dengan kepala suku, maka bisa
diterimalah romongan ini.
Maka di hari Minggu pagi itu berbondong-bondonglah rombongan
teman ke tempat kepala suku dengan membawa oleh-oleh, seperti kain kafan,
menyan, dan sirih ( yang sebelumnya sudah diberitahu kalau harus membawa ini
jika ingin menghadap kepala suku). Agak horor juga sih, tapi itulah budaya pada
masyarakat Baduy Dalam.
Tempat kepala suku agak berbeda dengan rumah-rumah penduduk
Baduy dalam lainnya yang berderet. Rumahnya agak menyendiri dan menghadap ke
arah yang berbeda. Saya pun melihatnya saat trip kemarin, meskipun pada saat
itu hanya bisa melihat dari kejauhan. Karena memang tidak sembarangan orang
bisa bertemu dengan kepala suku . Lalu kenapa teman saya bisa, ya itu tadi
karena dikiranya ada keperluan khusus. Padaha sih sebenarnya nggak, murni cuma
traveling saja.
Gambaran dalam rumahnya itu seperti yang dituturkan teman
saya itu, tidak jauh beda dengan rumah-rumah dukun yang ada di TV-tv. Pakaian
si dukun… sedangkan di belakan g kepala suku ada sang istri yang sibuk
bermain-main dengan kucingnya.
Pertanyaan yang pertama keluar dari mulut sang kepala suku
adalah “ Ada keperluan apa?”
Karena memang tidak ada keperluan –keperluan khusus, makanya
teman dan rombongannya hanya menjawab semoga mereka selamat dan sehat sampai di
rumah nanti. Selesainya pun teman dan rombongan di beri oleh-oleh semacam
minyak wangi yang kegunaanya untuk..
Banyak orang yang datang memang ada keperluan khusus, jangan
salah artis-artis baru yang ingin terkenal juga sering mendatangi kepala suku
di Baduy dalam ini, rela berjalan belasan kilometer hanya untuk mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Tidak hanya itu beberapa nama politisi juga tersebut
pernah menemui kepala suku Baduy dalam ini.
Kalau kalian sudah pernah menginap semalam saja di Baduy
dalam perhatikan deh nyaris tidak ada nyamuk disana. Iya juga ya saya jadi
mengingat-ingat ketika teman menanyakan pertanyaan itu. Tidak ada nyamuk,
apalagi kecoa di rumah-rumah suku baduy. Dan kali tempat kami buang air pun
bersih tidak ada hewan-hewan yang menjijikan.
Kenapa begitu, jawabannya adalah bahwa penduduk Baduy Dalam
mengumpulkan hewan-hewan tersebut di satu tempat. Bagimana caranya? Tidak tahu J Bahkan setan pun ditempatkan di satu tempat
sehingga tidak berkeliaran. Jadi penduduk baduy tidak pernah melihat wujud yang
namanya setan seperti kuntilanak, pocong,dan genderuwo , apalagi suster ngesot
dan suster keramas.
Makannya kalau kita menemukan sign dilarang masuk, ya lebih
baik patuh pada larangan itu karena mungkin disitulah letak setan-setan,
nyamuk, kecoa, dll dikumpulkan.
Dan yang menarik lagi jika berkunjung ke Baduy Dalam,
bangunlah pada jam 3 dini hari. Kemudian keluar rumah dan menengadahlah. Akan ada pemandangan spektakuler, yaitu
bintang jatuh . Bayangkanlah adegan
seperti di drama Meteor Garden.
Seperti apa rasanya heheh tidak bsa difoto karena Baduy
dalam terlarang untuk hal-hal seperti itu,, Jika ingin merasakan sensasinya
datang saja ke perkampunan Baduy Dalam, desa Kanekes….
0 komentar:
Posting Komentar