Masih terngiang saat dalam perjalanan di atas kapal kayu,
tulisan Pandji Pragiwaksono bahwa Samalona adalah salah satu pantai terbaik
Indonesia. Dan kapal saya ini sedang menuju kesana. Tidak sabar rasanya untuk
cepat sampai.
Belum banyak yang mengunjungi tempat itu, pun masyarakat
Makassar sendiri, kecuali bagi orang yang suka travelling dan mencari setiap
titik keindahan Indonesia. Survey membuktikan, teman kuliah saya yang sekarang
tinggal di Makassar dan teman-temannya belum pernah menjejakkan kakinya kesini.
Namanya memang tidak setenar Pantai Losari yang sudah menjadi icon kota
Makassar.
Padahal untuk menuju pantai yang mengelilingi pulau Samalona itu
dapat dicapai tidak jauh dari Pantai Losari, tinggal berjalan sedikit ke
Dermaga Kayu Bengkoa, maka akan banyak kapal-kapal kayu yang menawarkan jasanya
untuk mengantar ke pulau itu.
Sekitar 20 menit kami
berada di atas perairan Makassar yang nyaris tanpa gelombang. Terima kasih
untuk cuaca cerahnya, sebelumnya kami was-was karena kabarnya selama 2 hari yang
lalu Makassar diguncang hujan angin.
Pemandangan indah menyambut kami bahkan sebelum kami turun
dari kapal kayu. Hamparan pasir putih disambut air berwarna hijau tosca di
pantainya yang kemudian makin lama bergradasi dengan warna biru laut, inilah pantai
terbaik itu. Dalam hitungan detik kamera sudah standby di tangan masing-masing
kami. Cukup lama saya memandangi pantai tosca ini, dan mengucap, akhirnya.
Pulau Samalona termasuk kecil, luasnya hanya 0,067 km2,
dihuni hanya 7 orang kepala keluarga yang nama-namanya tercantum di sebuh papan
pulau itu. Ada penginapan yang bisa disewa jika berniat bermalam disini,
tarifnya antara 300-400 ribu rupiah permalam.
Tidak capek mengelilingi pulau, di belakang pulau kami terpesona
oleh gugusan karang pantai yang menyembul indah. Karang pantai adalah adalah
karang yang berada di bibir pantai, terlihat jelas tanpa harus menyelam. Karang
Pantai memang banyak ditemukan di pantai-pantai Sulawesi Selatan. Dan disinilah
titik awal snorkeling kami.
Ternyata lumayan sulit mengabadikan pemandangan bawah laut
dengan kamera, bukan kamera underwater canggih yang dipakai, tapi hanya
handphone android yang memakai kantong anti air. Ombak yang membuat pemandangan menjadi bawah laut
menjadi tidak jelas, tapi imbasnya banyak ikan-ikan kecil manis yang ikut
tersapu ombak. Tiba-tiba saja ada segerombolan ikan kecil yang lewat di depan
mata saya, ikan teri mungkin. Karang-karang menambah indah penampakan ikan,
seperti kota batu di bawah laut.
Foto: Tulus Traveller. Padahal pemandangannya bagus kenapa dapat fotonya cuma ini yah |
Ini masih pemandangan di sekitar pantai, jika berenang sampai ke tengah mercusuar pemandangan bawah lautnya lebih berwarna.
Pulau Kodingereng
Keke
Letaknya satu jalur dengan Pulau Samalona. Namun berbeda
dengan Samalona, Kodingereng Keke adalah pulau yang tidak berpenghuni. Sama
dengan Samalona, Kodingereng Keke juga menawarkan pemandangan laut yang
eksotis.
bule-bule plus 2 host cantik asli Makassar |
Sebenarnya bisa langsung paketan sewa kapal ke pulau ini,
tapi harga yang ditawarkannya mencapai 650 ribu untuk perjalanan ke Pulau
Samalona plus Pulau Kodingereng Keke. Dan ternyata memang kami dibodohi si
tukang perahu,mungkin karena tahu kami bule, heheh bule Surabaya, bule Malang,
bule Jember. Harusnya kami bisa sampai Kodingereng
Keke dengan 350 ribu rupiah, tapi ini hanya sampai Samalona dengan sewa kapal
300 ribu. Beginilah nasib bule, hehehe.
4 komentar:
waaa, sudah ada postingan tentang makassar. Punyaku belum kesentuh sama sekali... :D
hahaha padahal ini masih berantakan....bingung apa judulnya yah...
Nama pantainya bagus ya... Hm,,ada si TT part 2 juga ternyata,hehe.
Nice report.
Iyah bagus namanya seperti pantainya......heehehehe tulus selalu ada dimana2...makasih mas iman, mohon bimbingannya..:)
Posting Komentar