Suka banget deh sama tulisan di poster film-film ini.
nemuin poster edisi lain |
Man Jadda wa Jada jadi tagline film ini
Lagi heboh-hebohnya film Negeri 5 menara, liat iklan film ini, perpaduan film dokumenter dan drama
seneng juga sama tagline di poster ini yang bikin penasaran mau nonton : Rasa membuat aku mengenal waktu. 0 kilometer, Sabang-Aceh.
Aduuuuh saya tuh pengen banget ke titik 0 km Indonesia ini, jadi mupeng dan inilah sinopsisnya
Senja. Momen alam yang paling indah. Setidaknya itu menurut
Langit, sang fotografer. Awalnya senja cuma pelarian atas kekecewaannya
terhadap masa lalunya Pelarian yang justru mengajarkannya banyak makna
kehidupan. Jadilah ia mengadakan pameran foto bertema langit senja di sebuah
kapal
Siapa sangka, di kapal ia justru terlibat perdebatan menyebalkan yang mengusik lagi soal idealismenya sebagai fotografer dengan seorang penulis dan pembuat sketsa yang cantik tapi kepala batu bernama Keumala
Perdebatan-perdebatan ini justru membuat mereka semakin menuding sekaligus dekat dan saling memahami. Dan mungkin manjadi 'rasa'. Di kapal juga, dua manusia yang terbawa romantisme senja di kapal ini berkenalan dengan anak perempuan usil yang cerdas sekaligus optimis soal mimpinya menunggu ibu yang belum juga ditemukan paska tsunami Aceh
Di Sabang, Keumala justru dibenturkan lagi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang cinta. Setelah ia mengetahui ia justru divonis menderita retinitis pigmentosa, sebuah penyakit menurun yang bisa berujung pada kebutaan.
Keumala semakin membutuhkan jawaban apakah ia dicintai Langit?
Sanggupkah ia menghasilkan karya jika ia buta? Apakah senja terindah itu berhasil ditemukan oleh Langit? Dapatkah semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan cerita indah?
Film Keumala hadir, mungkin tidak untuk menjawab semua pertanyaan tentang hidup. Tapi bisa jadi mengingatkan kita tentang nilai kesyukuran dan pentingnya tetap menjaga harapan
Siapa sangka, di kapal ia justru terlibat perdebatan menyebalkan yang mengusik lagi soal idealismenya sebagai fotografer dengan seorang penulis dan pembuat sketsa yang cantik tapi kepala batu bernama Keumala
Perdebatan-perdebatan ini justru membuat mereka semakin menuding sekaligus dekat dan saling memahami. Dan mungkin manjadi 'rasa'. Di kapal juga, dua manusia yang terbawa romantisme senja di kapal ini berkenalan dengan anak perempuan usil yang cerdas sekaligus optimis soal mimpinya menunggu ibu yang belum juga ditemukan paska tsunami Aceh
Di Sabang, Keumala justru dibenturkan lagi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang cinta. Setelah ia mengetahui ia justru divonis menderita retinitis pigmentosa, sebuah penyakit menurun yang bisa berujung pada kebutaan.
Keumala semakin membutuhkan jawaban apakah ia dicintai Langit?
Sanggupkah ia menghasilkan karya jika ia buta? Apakah senja terindah itu berhasil ditemukan oleh Langit? Dapatkah semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan cerita indah?
Film Keumala hadir, mungkin tidak untuk menjawab semua pertanyaan tentang hidup. Tapi bisa jadi mengingatkan kita tentang nilai kesyukuran dan pentingnya tetap menjaga harapan
Dan cooming soon film ini
posternya kerennn kan
0 komentar:
Posting Komentar