Pukul 4 pagi lebih nggak tahu berapa menit. 2 Oktober 2011
Ada Kehangatan ketika aku melihat matahari terbit di puncak Bromo....Bersamamu
Sudah termasuk kesiangan katanya pagi ini untuk melihat matahari
terbit di puncak Bromo. Dengan persiapan yang matang, yaitu memakai baju
berlapis-lapis, baluran minyak kayu putih cap**ng, sarung tangan made in Bromo,
dan masker. Kami memang disarankan memakai masker karena track Bromo yang
berdebu, salah satunya akibat erupsi Bromo.
Semalam diputuskan bahwa kami akan melihat sunrise Bromo
dari Bukit Mentigen, bukan dari Bukit Panajakan I atau Pananjakan II, yang
biasa dilalaui oleh para wisatawan. Ya itu atas saran Mas Adi -guide kami dan beberapa penjual sarung
tangan yang kami temui, “ Karena sekarang bulan Oktober dan karena revolusi bumi, lebih bagus kalau
melihat matahari dari Bukit Mentigen.”
Dan yang membuat saya melonjak gembira (tapi dalam hati),
bahwa kami pun memutuskan perjalanan ke bukit Mentigen dengan jalan kaki.
Hahaha sebenarnya ini yang saya tunggu, karena beberapa catatan backpacker
mengatakan bahwa sebenarnya tidak jauh jarak dari Cemoro Lawang ke tempat
melihat sunrise (tapi dari bukit yang mana). Kesannya terasa sekali
petualangannya. “Yang jadi masalah hanya hawa dingin yang menggigit.” Penggalan dari catatan itu. Nah ini yang saya
takutkan, saya tuh alergi dingin, makanya saya hanya melonjak senang dalam hati
saja (sadar diri euy).
Saya harap-harap cemas ketika membuka pintu penginapan. Dan
berrrrrrrr udara dingin menyambut kami. Petualangan pun dimulai.....
Masih sangat gelap udara di luar tapi semburat kemerahan
sudah terlihat di satu titik. Makanya kami disuruh bergegas kalau tidak mau
benar-benar kehilangan momen matahari terbit.
Susahnya berjalan di atas tanah berpasir dengan menggunakan
masker, nafas pun terengah-engah, tapi positifnya saya sama sekali tidak
merasakan dingin, karena sudah ada hasil pembakaran dari berjalan kaki. Jaket luar pun sudah saya buka, karena malah kegerahan.
Di tengah jalan kami berpapasan dengan jeep dan motor off
road , yang seolah-olah mengejek kami karena berjalan kaki. Tapi sih saya
merasa keren. Karena kita jalan kaki weeeeeek.
Tidak sampai setengah jam kami sudah sampai di bukit mentigen, ternyata memang dekat jarak dari Cemoro Lawang ke atas bukit Mentigen. Kami pun bisa menghemat pengeluaran karena tidak menyewa jeep. Benar-benar Backpacker Irit.
05.15.....Subhanallah faqina adza ba nnar, saya melihat keindahan itu di atas puncak Bromo (beruntung juga karena banyak yang sudah jauh-jauh ke Bromo tapi mataharinya diumpetin awan)
05.15.....Subhanallah faqina adza ba nnar, saya melihat keindahan itu di atas puncak Bromo (beruntung juga karena banyak yang sudah jauh-jauh ke Bromo tapi mataharinya diumpetin awan)
Ada Kehangatan ketika aku melihat matahari terbit di puncak Bromo....Bersamamu
0 komentar:
Posting Komentar