Tujuan trip saya selanjutnya adalah Gunung Kidul, sebuah
kabupaten di D.I. Yogyakarta. Saya sudah pernah kesana sebelumnya dan komentar
saya saat itu adalah Bali ada di tempat itu, karena Gunung Kidul memiliki
pantai yang indah seperti di Bali.
Dan yang menarik saya untuk ke Gunung Kidul kembali adalah
adanya situs manusia purba disana, yang terkenal dengan nama Situs
Megalithikum Sokoliman. Takut tidak ada juru kunci yang menjelaskan apa yang ada disana
sehingga saya hanya menemukan batu-batu yang tidak berarti, maka saya
mencari-cari info tentang kehidupan manusia purba, dan saya mendapatkannya dari
buku kelas 7 SMP. Jadi saya pinjam saja buku itu dari Delvin yang sekolah di
SMP Al-Azhar Rawamangun. Meskipun heran, dipinjami juga saya buku yang
menurutnya tidak menarik. Saya juga menganggap buku sejarah tida menarik waktu
seusia Delvin, tapi sekarang buku sejarah adalah gudang informasi dari setiap
tempat bersejarah yang saya datangi di Indonesia.
“Zaman Megalithikum atau zaman batu besar, ditandai dengan
adanya kepandaian membuat perkakas-perkakas yang terbuat dari batu besar atau
batu utuh.” Demikianlah sepenggal tulisan yang ada di buku Sejarah dari
penerbit Yudhistira.
Para ahli membagi zaman prasejarah menjadi 5 zaman, yaitu:
zaman Paleolitikum (batu tua), Mesolitikum (batu tengah), Neolithikum (batu
baru), Megalithikum (batu besar), zaman logam (perunggu dan besi). Perbedaan
dari setiap zaman adalah bentuk perkakas yang dihasilkan dari mulai yang masih kasar kemudian
sudah halus dan terakhir sudah mampu membuat benda dari logam.
Jadi zaman Megalithikum adalah zaman praaksara di Indonesia
yang diperkirakan terjadi 1,9 juta tahun yang lalu, muncul pada masa bercocok
tanam dan beternak, sehingga perkakas yang dihasilkan juga lebih halus untuk
kebutuhan-kebutuhan tersebut, seperti:
1. Kapak perimbas adalah sejenis kapak batu yang digenggam
dan tidak bertangkai
2. kapak
persegi adalah kapak yang berbentuk persegi
3. Kapak
lonjong adalah kapak yang berbentuk lonjong
4. Alat
serpih adalah perkakas yang dapat digunaan sebagai alat penusuk, gurdi, dan
pisau.
Selain
perkakas, ada juga peralatan yang dibuat sebagai sarana untuk mendukung
kepercayaan mereka yang saat itu masih Animisme dan Dinamisme, benda-benda
tersebut adalah:
1. Menhir,
adalah tugu batu yang diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk
memperingati dan tempat memuja roh nenek moyang. Menhir ditemukan antara lain
di Dataran Tinggi Pasemah (Sumatra Selatan), Kosala, Lebakbedung (Banten), dan
Lembah Leles (Garut).
Menhir |
2. Dolmen,
bangunan semacam meja dari batu yang berkaki batu utuh dan digunakan untuk
pemujaan roh dan tempat sesajian. Daerah tempat ditemukannya dolmen antara
lain, Batu Cawang, Tegurwangi, dan Pagerdewa (di Sumatra Selatan).
3.
Sarkofagus, adalah tempat jenazah yang terbuat dari dua batu besar dan
ditangkupkan. Bali dan Sumbawa Barat merupakan tempat ditemukannya sarkofagus.
4. Peti
kubur batu adalah peti mayat yang dibentuk dari empat atau lebih papan batu.
Peti kubur batu antara lain ditemukan di Tegurwangi (Sumatra Selatan), Cibuntu
(Jawa Barat), dan Gunung Kidul (Jawa Tengah).
5. Waruga,
adalah peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Banyak ditemukan di Minahasa.
6. Punden
Berundak, adalah bangunan berupa susunan batu yang berundag-undag yang biasanya
terdiri dari tujuh undak, yang digunakan untuk kegiatan pemujaan terhadap roh
nenek moyang. Bangunan
ini, antara lain ditemukan di Cisolok (Skabumi), dan Ende (Nusa Tenggara
Timur).
7. Arca
batu, adalah patung yang terbuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk
manusia dan binatang. Arca-arca Megalitikum banyak ditemukan di Sumatra
Selatan, yang menggambarkan manusia, gajak, harimau, babi, rusa, dan kera.
Lumayan info yang saya dapat dan selanjutnya tinggal melihatnya langsung di Gunung Kidul :)
2 komentar:
selalu penasaran sama peninggalan2 pra sejarah kayak gitu :)
iya lan, menurutku peninggalan sejarah itu keren... di gukid kan banyak, udah kemana aja?
Posting Komentar