Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Wisata ke Lumpur Lapindo

Selasa, 29 Mei 2012


foto: Okezone
6 tahun sudah bencana bocornya lumpur PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur. Ada elegi yang masih tersisa, karena di 6 tahun bencana masih ada beberapa korban lumpur yang belum mendapakan ganti rugi atas kehilangan harta benda juga pekerjaan, bahkan nyawa.

Dan pagi itu, jelang perjalanan ke Bromo dari Surabaya ketika fajar mulai menyingsing dari peraduannya di bulan Oktober. Kami berniat untuk menikmati keindahan matahari itu dari atas tanggul porong, Sidoarjo tempat dimana lumpur keluar dari perut bumi.

Tidak ada yang terbersit dari benak kami para travelling ini selain bisa menikmati matahari terbit diantara aliran lumpur. Pastinya itu eksotis banget!

Begitu akan menaiki tanggul, kami langsung dihadang oleh seorang Bapak yang meminta bayaran kalau kami mau naik keatas. 1 orang masuk 5 ribu rupiah dan biaya parkir mobil 25 ribu rupiahm jadi total yang harus kami keluarkan utnuk melihat mentari di tempat itu adalah 55 ribu untuk 6 orang.

Kami tidak respect dengan si Bapak yang meminta uang layaknya preman, akhirnya rencana pun diurungkan. Si Bapak tetap saja terus meminta bayaran dari kami untuk biaya parkir mobil yang hanya berhenti beberapa menit di tempat itu dengan gaya premannya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kemungkinan si bapak preman itu membaretkan mobil sewaan kami, akhirnya kami berikan juga si Bapak itu uang dengan jumlah yang tentu saja tidak kami sesuaikan dengan permintaan awalnya.

Peristiwa itu membuat mood kami di pagi hari itu jadi lumayan terganggu. Saat mobil mulai melaju melanjutkan perjalanan. Di tiap titik dengan jarak beberapa kilometer terdapat penjagaan yang fungsinya untuk meminta bayaran kepada setiap orang yang berniat untuk melihat luapan lumpur Sidoarjo.

Sebenarnya ada perasaan iba yang menyeruak. Ini adalah buah dari bencana, bencana yang belum ada penyelesaiannya sampai detik itu. Tidak ada yang bisa diharapkan selain 'meminta' dari orang lain. Itu adalah potret sebagian orang di tengah bencana. Namun bagi orang yang memiliki kreativitas tinggi dan tanpa menunggu dari pemerintah yang juga tidak jelas,sebagian orang lain sudah bisa bangkit dari keterpurukan bencana, memanfaatkan yang ada untuk bisa mempertahankan hidup bahkan lebih dari itu bisa meningkatkan taraf hidup mereka, seperti memanfaatkan lumpur untuk pembuatan guci.

Dan untuk keperluan wisata, ada baiknya bila dikelola secara rapi, bukan dengan cara premanisme seperti itu. Bukan tidak mungkin bila lahan bencana menjadi objek pariwisata yang bernilai jual tinggi bila dikelola secara maksimal.


***
Kini, 6 tahun setelah lumpur lapindo, luka masih menyelimuti sebagian penduduk disana. Terdengar kabar untuk beberapa investor akan membuka tempat wisata seperti Dufan dan seaworld di salah satu tempat mengerasnya lumpur. Semoga akan menjadi titik kebahagiaan membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat Sidoarjo disana.
***

Tag: Jhontiz The Backpacker, Era Dhelapak, Sushe, Syam Rinjani, Ilham Santoso

0 komentar:

 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks