Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email

Ada Super Junior di Baduy Dalam

Rabu, 20 Juni 2012 | 0 komentar


Sudah lewat maghrib ketika kami sampai di desa Cibeo, tempat bermukimnya penduduk dari suku Baduy dalam. Ini adalah perkampungan Baduy dalam yang letaknya paling dekat dari Baduy luar. Paling dekat disini hitungannya telah melewati 4 bukit 3 lembah sejauh 12 km, dan telah memakan 1 korban kaki kram tapi masih bisa melanjutkan perjalanan, namun 1 orang lainnya terpaksa turun lagi ke desa Cibolegar (desa paling luar), untung masih di awal perjalanan dan kami mengikhlaskannya dengan berat hati.

Dari Baduy luar ke Baduy dalam kami memang harus berjalan kaki. Permasalahannya bukan karena tidak ada ojek yang bisa mengantarkan,namun karena dalam radius beberapa kilometer itu tidak boleh ada kendaraan beroda yang lewat. Kini,tersisa 19 orang perempuan perkasa :) dan 2 orang pemandu jalan yang beberapa langkah lagi akan merasakan hidup bersama suku Baduy dalam. Seluruh kamera kami masukan dan handphone pun dimatikan, karena desa Baduy dalam terlarang untuk benda-benda seperti itu dan kami pun mematuhinya.

Dag..dig…dug…dag..dig…dug
Duh perasaan saya  campur aduk karena akan segera bertemu dengan suku yang termasuk primitive dengan segala larangan-larangannya. Rombongan dibagi 2 yang akan bermalam di 2 rumah yang berbeda. Saya dan kesembilan teman perempuan yang satu kelompok segera memasuki sebuah rumah yang ditunjuk, rumah paggung yang bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa paku. Silahkan pikirkan bagaimana rumah ini bisa berdiri tanpa paku.

Suasana temaram, karena hanya diterangi dengan lilin menyambut kami memasuki rumah paggung , sangat membantu untuk menutupi muka-muka yang kucel. Selain kami ternyata sudah ada rombongan lain di rumah itu.

“ Selamat datang teman-teman, sory rumahnya seperti ini.”  Sambut seseorang. Kang Uci, guide kami pun memperkenalkan bahwa dia adalah anak pemilik rumah ini yang tidak lain adalah suku dari Baduy dalam.

Whaaaaaaaaaaaaaaat
Untungnya saya berteriak dalam hati jadi nggak bikin heboh.  Itu suku Baduy dalamnya. Saya mereview lagi ucapannya barusan ada kata-kata Sory, sebuah kata dalam bahasa Inggris. Wow, ternyata kami tidak perlu penterjemah untuk berkomunikasi dengan mereka, padahal sebelumnya kami membahas dengan bahasa apa kami berkomunikasi, karena mereka berbicara dengan bahasa Sunda yang sulit dimengerti. Dan sekarang jangankan bahasa Indonesia, mereka pun bisa berbahasa asing.

Penjelasan kang Uci pun melepaskan rasa penasaran saya, bahwa beberapa dari mereka sudah bisa berbahasa Indonesia.

“Pokoknya tanya aja apa yang mau ditanyakan. Ganteng kan?” kata kang Uci lagi.
Dan saya pun jadi merhatikan sosok yang memakai baju putih di depan saya. Iyah beneran ganteng. Dan saya nggak menyangka kalau dia adalah suku Baduy dalam. Saya mulai mencari-cari pembandingnya. Wah kalau begini sih boyband Smash juga lewat. Cari-cari lagi pembandingnya. Siwon Super Junior.. yup kayaknya ini yang tepat untuk menggambarkannya. Padahal saya juga nggak tau Siwon Suju yang mana. Tapi pernyataan saya tidak dibantah oleh seorang teman. Beneran mirip Siwon Suju. Hehehe. Aduh ternyata ada Super Junior di Baduy dalam.

Bersambung ahhhhh……………

Lontong Kupang yang Bukan dari Kupang, NTT

Senin, 11 Juni 2012 | 2 komentar

Membaca tulisan Lontong Kupang, mungkin langsung menebak bahwa ini adalah makanan khas kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun ternyata bukan.

Lontong Kupang adalah makanan Khas Sidoarjo atau bisa juga ditemukan di Surabaya. Kupang yaitu  hewan laut seperti kerang dan bentuknya kecil –kecil. Dan yang untuk kuliner ini adalah kupang putih nama kerennya Corbula faba H. Kalau diperhatiin sih si kupang ini nggak putih-putih amat, namun cenderung coklat sesudah atau sebelum dimasak, namun ketika sudah dimasak bagian kepalanya berwarna hitam.

Kupang ini hanya ditemukan di perairan Sidoarjo, makannya menjadi makanan khas Sidoarjo dan tidak ditemukan di tempat lain, kecuali tetangganya seperti Surabaya.

Agak meringis saat pertama kali menncicipi makanan ini karena rasanya agak asam-asam. Namun rasa asam ini bukan berasal dari kupangnya, namun dari kuahnya yang memang dipakaikan jeruk nipis. Selain itu kuah lontong Kupang ini juga diberi petis, bumbu khas Jawa Timur.

Rasa lainnya ketika memakan makanan ini, agak gerenjel-gerenjel (bahasa apa tuh) saat kupangnya memasuki mulut.  Saya memakan makanan ini bersama sahabat bromo di Sidoarjo

Sebagai pelengkap, bisa menyantapnya dengan sate kerang (lagi-lagi kerang) dan kelapa muda bulat.

Harga

Rp 7000/porsi


Oleh-oleh Badung: Klappertaart DenHaag


Sebenarnya ini bukan panganan asli Bandung, tapi apa sih yang nggak ada di Bandung, surganya kuliner. Klappertaart adalah makanan asli dari Manado, Sulawesi utara. Makanan ini merupakan sentuhan Kolonial saat berkuasa disana, namanya aja kan berbau-bau Londo.

Klapertart berbahan dasar kelapa muda yang diiris tipis dan direbus, lalu dicampur dengan adonan mentega, susu, dan terigu. Kemudian dikukus. Namun ada juga klapertart yang dipanggang, salah satunya klappertart Deenhag ini, (meslipun ada juga yang dikukus).

Toping atasnya bermacam-macam, ada yang diberi kismis, kenari, kacang mete, keju, atau kelapa muda seperti bahan dasarnya.

Klapertaart ini tahan selama 4 hari bila disimpan didalam kulkas. Dan lebih tahan lama yang dipanggang daripada yang dikukus, kata mbak penjualnya.  Yang panggang tahan bila tidak dimasukkan ke dalam kulkas. Tapi memang enak dimakan dikala dingin, kelapa mudanya terasa dingin.

Klappertaart ini bisa ditemukan di daerah Dago lebih tepatnya di Jalan RE. Martadinata no. 22. Awalnya saya juga nggak sengaja ke tempat ini, padahal mau beli oleh-oleh khas Bandung yang sudah terkenal, tapi ternyata makanan ini pun sudah menjadi oleh-oleh yang cukup digemari sejak beberapa tahun lalu,

Harga:
Klappertart panggang 43.000/loyang
 
Copyright © -2012 Alamat Senja All Rights Reserved | Template Design by Favorite Blogger Templates | Blogger Tips and Tricks